New Year Eve
Hai, ini aku.
Aku, Yunike Triscia Ambarita yang sedang menjalani New Year Eve yang berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. New Year Eve ini... aku sendiri.
Dalam hidupku, sudah ada pengaturan otomatis jika berada di tanggal 31 Desember. Biasanya, aku dan orang-orang yang kusayangi pergi ke gereja mengikuti kebaktian akhir tahun. Lalu sekitar pukul 00.00 kami berkumpul di Rumah Opung untuk melakukan kebaktian tahun baru. Paginya, kembali kami ke gereja melaksanakan kebaktian tahun baru. Setelah itu berkumpul di Rumah Opung hingga malam.
Ya, hal itu masih terjadi hingga tahun kemarin. Tahun ini, tidak.
Aku terjebak di Purwokerto. Bukan, bukan karena kehabisan tiket, melainkan jadwal UAS yang hadir dalam masa perkuliahanku. Sempat terlintas di benakku untuk mencari tiket menuju Cirebon pada tanggal 31 Desember, lalu tiket kembali ke Purwokerto pada tanggal 1 Januari. Tapi, tidak kulakukan itu.
Inilah kehidupan perkuliahanku yang melarangku untuk merayakan tahun baru. Di saat keluargaku berkumpul, aku tidak ada di sana. Aku di sini, di Purwokerto, tempat aku menggali ilmu.
Tawaran untuk bermalam tahun baru bersama datang dari teman-temanku. Tapi, aku menolaknya. Aku belum bisa mengganti tradisi malam tahun baruku. Aku masih berharap untuk bermalam tahun baru bersama keluargaku. Bahkan, 1000 kembang api di langit, tak akan menggantikan indahnya tradisiku itu. Mungkin aku terlalu kolot, tapi kumpul bersama keluargaku adalah hal yang selalu aku prioritaskan.
Di sisa tahun 2014 ini, aku masih berharap bertemu dengan keluargaku. Mendengar tawa dan cerita dari bibir mereka. Tahun baru ini, tidak ada yang menasehatiku.Tidak ada yang mengatakan kekuranganku selama tahun ini dan harapan mereka untukku di tahun berikutnya.
Aku terdiam di sini, di kamar berukuran 2*2 meter yang sejujurnya aku sendiri tidak percaya bahwa kamar ini berukuran 2*2 meter. Aku mendengar bunyi kembang api yang diluncurkan di langit. Aku mendengar bunyi senda gurau di luar sana. Aku membaca seluruh SMS yang mengajakku untuk bermalam tahun bersama. Tapi maaf, aku belum tertarik.
Aku masih berharap, tiba-tiba kamar kos ku ini diketuk oleh keluargaku. Mengajakku untuk melakukan kebaktian awal tahun. Tapi ini semua tidak mungkin. Baik aku maupun mereka, tidak ada yang bisa memecahkan jarak Cirebon - Purwokerto, kecuali Doraemon datang dan mengeluarkan pintu ke mana saja. Aku... hanya ingin bersama mereka, mereka yang menerima aku apa adanya, yang menjaga hingga sepersekian bagian tubuhku secara tulus, mereka yang membuatku percaya bahwa Tuhan itu sungguh baik.
Hai, I'll be home for Chrismas but not for New Year adalah hal yang bisa kukatakan untuk kalian.
Selamat Tahun Baru, buat kalian yang kurindukan dan kalian yang merasakan hal yang sama sepertiku.
Note : Sejujurnya, gue juga ga tahu lagi apa. Tiba-tiba ini terlintas di kepala gue. Mungkin, ini efek terlalu banyak mendengar bunyi kembang api.
So guys, be careful! Once again, HAPPY NEW YEAR! :D
Aku, Yunike Triscia Ambarita yang sedang menjalani New Year Eve yang berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. New Year Eve ini... aku sendiri.
Dalam hidupku, sudah ada pengaturan otomatis jika berada di tanggal 31 Desember. Biasanya, aku dan orang-orang yang kusayangi pergi ke gereja mengikuti kebaktian akhir tahun. Lalu sekitar pukul 00.00 kami berkumpul di Rumah Opung untuk melakukan kebaktian tahun baru. Paginya, kembali kami ke gereja melaksanakan kebaktian tahun baru. Setelah itu berkumpul di Rumah Opung hingga malam.
Ya, hal itu masih terjadi hingga tahun kemarin. Tahun ini, tidak.
Aku terjebak di Purwokerto. Bukan, bukan karena kehabisan tiket, melainkan jadwal UAS yang hadir dalam masa perkuliahanku. Sempat terlintas di benakku untuk mencari tiket menuju Cirebon pada tanggal 31 Desember, lalu tiket kembali ke Purwokerto pada tanggal 1 Januari. Tapi, tidak kulakukan itu.
Inilah kehidupan perkuliahanku yang melarangku untuk merayakan tahun baru. Di saat keluargaku berkumpul, aku tidak ada di sana. Aku di sini, di Purwokerto, tempat aku menggali ilmu.
Tawaran untuk bermalam tahun baru bersama datang dari teman-temanku. Tapi, aku menolaknya. Aku belum bisa mengganti tradisi malam tahun baruku. Aku masih berharap untuk bermalam tahun baru bersama keluargaku. Bahkan, 1000 kembang api di langit, tak akan menggantikan indahnya tradisiku itu. Mungkin aku terlalu kolot, tapi kumpul bersama keluargaku adalah hal yang selalu aku prioritaskan.
Di sisa tahun 2014 ini, aku masih berharap bertemu dengan keluargaku. Mendengar tawa dan cerita dari bibir mereka. Tahun baru ini, tidak ada yang menasehatiku.Tidak ada yang mengatakan kekuranganku selama tahun ini dan harapan mereka untukku di tahun berikutnya.
Aku terdiam di sini, di kamar berukuran 2*2 meter yang sejujurnya aku sendiri tidak percaya bahwa kamar ini berukuran 2*2 meter. Aku mendengar bunyi kembang api yang diluncurkan di langit. Aku mendengar bunyi senda gurau di luar sana. Aku membaca seluruh SMS yang mengajakku untuk bermalam tahun bersama. Tapi maaf, aku belum tertarik.
Aku masih berharap, tiba-tiba kamar kos ku ini diketuk oleh keluargaku. Mengajakku untuk melakukan kebaktian awal tahun. Tapi ini semua tidak mungkin. Baik aku maupun mereka, tidak ada yang bisa memecahkan jarak Cirebon - Purwokerto, kecuali Doraemon datang dan mengeluarkan pintu ke mana saja. Aku... hanya ingin bersama mereka, mereka yang menerima aku apa adanya, yang menjaga hingga sepersekian bagian tubuhku secara tulus, mereka yang membuatku percaya bahwa Tuhan itu sungguh baik.
Hai, I'll be home for Chrismas but not for New Year adalah hal yang bisa kukatakan untuk kalian.
Selamat Tahun Baru, buat kalian yang kurindukan dan kalian yang merasakan hal yang sama sepertiku.
Note : Sejujurnya, gue juga ga tahu lagi apa. Tiba-tiba ini terlintas di kepala gue. Mungkin, ini efek terlalu banyak mendengar bunyi kembang api.
So guys, be careful! Once again, HAPPY NEW YEAR! :D
Komentar
Posting Komentar